Senin, 24 Desember 2018

Cara menta'wil dari masdar mua'awal atau mubtada gairu shorih

Pada kesempatan kali ini kita akan memulai membahas tentang isim-isim yang dirafa’ dan dinashab, serta yang dijarr.

Sebenarnya sebagiannya sudah pernah kita bahas pada pelajaran-pelajaran sebelumnya, akan tetapi di sini kita akan membahasnya lebih detail insyaallah.

ISIM-ISIM YANG DIRAFA’ / اَلْأَسْمَاءُ الْمَرْفُوْعَاتُ

 PERTAMA
=========
MUBTADA DAN KHABAR / الْمُبْتَدَأُ وَالْخَبَرُ

Mubtada adalah isim yang dirafa’ yang kosong dari ‘amil-amil yang bersifat lafadz yang bukan tambahan.

Khabar adalah isim yang dirafa’ yang berfungsi menyempurnakan kalimat sehingga menjadi berfaidah.

Contoh mubtada dan khabar :

Nahwu itu mudah/اَلنَّحْوُ سَـهْلٌ

KETAHUILAH ...
Bahwa ‘amil (penyebab i’rab suatu kata) itu ada 2:

1. Lafdziy : yaitu lafadz-lafadz yang mempengaruhi i’rab terhadap kata yang setelahnya, misal huruf jarr, ia menjadikan lafadz setelahnya menjadi majrur, misal: فِي الْمَسْجِدِ .

2. Ma’nawiy : yaitu sesuatu yang mempengaruhi i’rab suatu kata yang mana hal tersebut bukan berupa lafadz tertentu akan tetapi sebuah alasan yang bersifat ma’na, dan pada isim itu hanya ada pada mubtada’, sehingga kenapa mubtada’ itu dirafa’? jawabannya adalah ia dirafa’ oleh ‘amil ma’nawi, berupa alibtidaa-u bih / اَلِابْتِدَاءُ بِهِ (karena sebagai permulaan).


Kembali kepada contoh di atas, maka اَلنَّحْوُ itu dirafa’ karena ia merupakan mubtada, dan ‘amil (penyebab) rafa’nya adalah ma’nawi.

Berbeda dengan  سَـهْلٌ ia merupakan khabarnya, dan ia dirafa’ oleh mubtada’, dan itu terlihat.

Sehingga bisa kita simpulkan bahwa ‘amil penyebab rafa’nya mubtada’ adalah ma’nawiy, sedangkan ‘amil penyebab rafa’nya khabar adalah lafdziy.

Dan terkadang mubtada’ didahului oleh huruf jarr tambahan, misal:

Apakah ada pertanyaan?/هَلْ مِنْ سُؤَالٍ ؟

Maka سُؤَالٍ pada kalimat di atas adalah mubtada’ yang didahului oleh huruf jarr tambahan, sehingga cara mengi’rab سُؤَالٍ  adalah :

سُؤَالٍ : مُبْتَدَأٌ مَرْفُوْعٌ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ ضَمَّةٌ مُقَدَّرَةٌ مَنَعَ مِنْ ظُهُوْرِهَا اشْتِغَالُ الْمَحَلِّ بِحَرَكَةِ حَرْفِ الْجَرِّ الزَّائِدِ، وَالْخَبَرُ مَحْذُوْفٌ، تَقْدِيْرُهُ ((لَدَيْكَ))


سُؤَالٍ
 adalah mubtada’ yang dirafa’ dan tanda rafa’nya adalah dhammah yang dikira-kirakan yang menghalangi terlihatnya dhammah adalah memprioritaskan terhadap posisi yang disebabkan oleh huruf jarr tambahan,sedangkan khabarnya dihilangkan yang dikira-kirakan berupa lafadz لَدَيْكَ (bagimu).


MACAM-MACAM MUBTADA’
====================

Mubtada’ ada 2 macam:

1. Mubtada sharih / مُبْتَدَأٌ صَرِيْحٌ / mubtada yang terlihat jelas.

2. Mubtada ghairu  sharih / مُبْتَدَأٌ غَيْرُ صَرِيْحٍ / mubtada yang tidak terlihat jelas.

Mubtada sharih / مُبْتَدَأٌ صَرِيْحٌ / mubtada yang terlihat jelas itu ada 2:

a. Berupa isim dzahir, misal:
Siswa itu rajin/ اَلطَّالِبُ مُجْتَهِدٌ

b. Berupa isim dhamir, misal:
Saya pecinta nahwu  /  أَنَا مُحِبُّ النَّحْوِ

Mubtada ghairu  sharih / مُبْتَدَأٌ غَيْرُ صَرِيْحٍ / mubtada yang tidak terlihat jelas adalah berupa mashdar muawwal, misal :

(( وَأَنْ تَصُوْمُوا خَيْرٌ لَّكُمْ )) أَيْ : صِيَامُكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ
Puasa kalian itu lebih baik bagi kalian.

Maka أَنْ تَصُوْمُوا pada ayat di atas adalah mubtada ghairu sharih karena ia berupa mashdar muawwal yang tersusun dari أَنْ dan fi’il mudhari’ dan dita’wil ke mashdar sharih yaitu صِيَامُكُمْ  .

Cara mecari ta’wilan dari mashdar muawwal:

Yaitu dengan mengambil mashdar dari fi’ilnya, kemudian tempatkan dhamir rafa’ muttashil pada fi’il lalu pindahkan ke posisi mudhaf ilaih pada mashdar hasil ta’wilan, misal:

صِيَامُكُمْ __ أَنْ تَصُوْمُوْا
ضَرْبُكَ __ أَنْ تَضْرِبَ
جُلُوْسُهُمَا__ أَنْ يَجْلِسَا

Dan bisa juga dhamirnya ditempati oleh isim dzahir, misal:

أَنْ يَضْرِبَ حَامِدٌ زَيْدًا شَدِيْدٌ، 
أَيْ : ضَرْبُ حَامِدٍ زَيْدًا شَدِيْدٌ
Pukulannya hamid kepada Zaid itu keras.

Contoh cara mengi’rab mashdar muawwal:

(( وَأَنْ تَصُوْمُوا خَيْرٌ لَّكُمْ )) البقرة : 184
اَلْوَاوُ : حَرْفُ عَطْفٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الْفَتْحِ .

أَنْ : حَرْفُ مَصْدَرٍ وَنَصْبٍ، مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ .

تَصُوْمُوْا : فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَنْصُوْبٌ بِـــ (أَنْ) وَعَلَامَةُ نَصْبِهِ حَذْفُ النُّوْنِ لِأَنَّهُ مِنَ الْأَفْعَالِ الْخَمِسَةِ، وَوَاوُ الْجَمَاعَةِ ضَمِيْرُ رَفْعٍ مُتَّصِلٌ مَبْنِيٌّ عَلَى السُكُوْنِ فِيْ مَحَلِّ رَفْعٍ، فَاعِلٌ، وَ (أَنْ) وَالْفِعْلِ فِيْ تَأْوِيْلِ مَصْدَرٍ فِيْ مَحَلِّ رَفْعٍ مُبْتَدَأٌ، وَالتَّقْدِيْرُ : صِيَامُكُمْ / صَوْمُكُمْ .

خَيْرٌ : خَبَرُ الْمُبْتَدَأِ مَرْفُوْعٌ، وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ ضَمَّةٌ ظَاهِرَةٌ عَلَى الْآخِرِ .

اَللَّامُ : حَرْفُ جَرٍّ مَبْنِيٌّ عَلَى الْفَتْحِ .

كُمْ : ضَمِيْرُ جَرٍّ مُتَّصِلٌ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ فِيْ مَحَلِّ جَرٍّ، مَجْرُوْرٌ بِاللَّامِ ، وِالْجَارُّ وَالْمَجْرُوْرُ (( لَكُمْ )) مُتَعَلِّقٌ بِمَحْذُوْفِ صِفَةٍ لِـــــ (( خَيْرٌ ))



LATIHAN:
========

1. Buatlah kalimat menggunakan mubtada’ berupa isim dzahir, isim dhamir, dan mashdar muawwal masing-masing 1 kalimat.

2. Isilah titik-titik berikut ini dengan mubtada’ / khabar yang sesuai:

1. اللهُ ...

2. ...  دِيْنُ الْحَقِّ .

3. أَنْ تَنَامَ ...

4. أَنْ تَسِيْرَ الْحَافِلَةُ ...

5. اَلْكَسْلَانُ ...


3. I’rablah kalimat berikut ini:
1. اَلْمَسْجِدَانِ كَبِيْرَانِ .

2. نَحْنُ مُجَاهِدُوْنَ .

3. أَنْ تَكْتُبَ فَاطِمَةُ الدَّرْسَ عَلَى السَّبُّوْرَةِ جَمِيْلٌ.

4. Rubahlah mashdar muawwal yang ada ke mashdar sharih:

1.أَنْ تَعْبُدُوْا غَيْرَ اللهِ شِرْكٌ .

2. أَنْ تَقْرَأْنَ الْقُرْآنَ جَيِّدٌ .

3. أَنْ يَدْخُلَ الطُّلَّابُ الْفَصْلَ مُبَكِّرٌ .

4. أَنْ تَرْجِعَ الْمُوَظَّفَاتُ إِلَى بُيُوْتِكُنَّ مُتَأَخِّرٌ .

2 komentar:

  1. Terimakasih syaikhuna ilmunya sangat membantu , jazakallahu khairan syaikhuna

    BalasHapus
  2. Dari sekian penjelasan yg telah saya baca ini yang terbaik lebih mudab dipahami 👍👍

    BalasHapus

Taisir Mustolahul Hadits

Taisir Mustolahul-Hadis 1. 0 PRAKATA 2. 0 PENDAHULUAN 2.1 SELAYANG PANDANG SEJARAH PERTUMBUHAN ILMU MUSTALAH DAN PERINGKAT-PERINGKA...